Akhirnya, masyarakat kini bisa bernafas lega. Bisa lepas masker. Ini menyusul kebijakan yang diumumkan Presiden Joko Widodo sejak 18 Mei lalu soal pelonggaran kewajiban pemakaian masker.
Namun, kebijakan itu juga masih tetap bersyarat: Boleh #lepasmasker hanya di outdoor alias ruang terbuka yang tidak ada kerumunan orang. Selain itu juga tidak berlaku bagi kelompok rentan dan masyarakat yang dalam keadaan tidak fit.
Meski masih bersyarat atau belum bisa dilakukan sepenuhnya, pelonggaran ini diharapkan bisa mendorong aktivitas masyarakat. Apalagi, Pemerintah juga menghapuskan kewajiban untuk menunjukan hasil tes Covid-19 bagi pelaku perjalanan dalam dan luar negeri. Tapi, ini pun juga berlaku bagi mereka yang sudah divaksinasi dua kali ataupun vaksin booster.
Dua Pesan
Terlepas adanya pro dan kontra atas kebijakan itu, setidaknya ada dua pesan yang bisa ditangkap dari apa yang disampaikan Presiden Jokowi.
Pertama, meski sudah dilonggarkan, masyarakat harus tetap berhati-hati. Jangan sampai ini memunculkan euforia yang berlebihan dengan meninggalkan prokes. Pasalnya, risiko virus Covid-19 masih belum benar-benar hilang.
Kedua, pelonggaran kebijakan ini mau menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 sudah mulai membaik sehingga berubah status menjadi endemi. Ini memberikan sinyal positif bagi ekspetasi pemulihan ekonomi nasional.
Seperti kita ketahui, gara-gara dihantam pandemi Covid-19 aktivitas perekonomian jadi seret. Kondisi perekonomian jadi terpuruk. Bahkan, pada dua tahun lalu Indonesia sempat mengalami resesi ekonomi.
Bisa dibilang, tanda-tanda pemulihan ekonomi sebenarnya sudah mulai tampak sejak akhir tahun lalu. Namun, sinyal itu sempat kembali meredup seiring dengan munculnya varian baru Covid-19 yakni Omicron pada awal tahun ini.
Untungnya, kasus Omicron ini bisa tertangani dengan baik. Sehingga, dampak terhadap aktivitas perekonomian tidak begitu signifikan. Terbukti Lebaran 2022 menjadi momentum kebangkitan perekonomian nasional dari hantaman Covid-19.
Gairah Reksa Dana
Tampaknya, para pelaku pasar sudah mencium sinyal tersebut. Ekspektasi pasar modal pun melambung. Ini terlihat dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa kali mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Meski belakangan ini sempat kembali tertekan akibat isu kenaikan suku bunga global, diyakini kinerja pasar modal ini balik lagi. Bahkan, banyak analis dan pelaku pasar memprediksi IHSG akan terus menguat di atas level 7.000 tahun ini.
Apa artinya ini buat industri reksa dana? Membaiknya kinerja pasar saham ini tentu saja akan berimbas positif bagi reksa dana. Industri reksa dana, khususnya reksa dana jenis saham sebagai lokomotifnya mencatatkan kinerja yang positif dan makin prospektif ke depannya.
Misalnya saja, produk reksa dana PNM Saham Agresif dan PNM Ekuitas Syariah sudah menorehkan kinerja yang cemerlang tahun ini. Per 24 Mei 2022 kedua produk reksa dana kelolaan PNM Investment Management ini membukukan tingkat imbal hasil atau return dalam setahun masing-masing sebesar 25,5 persen dan 13,6 persen.
Bahkan, kinerja kedua produk yang bisa dibeli melalui aplikasi PNM Sijago tercatat lebih unggul dibandingkan dengan produk sejenisnya. Pada periode yang sama, indeks reksa dana saham mencatatkan tingkat return sebesar 10 persen. Begitu pula, indeks reksa dana saham syariah sebesar 3,1 persen.
Menurut Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana, investor reksa dana balik lagi dan bahkan mengalami kenaikan (www.bisnis.com, 18/5/2022). Jumlah investor reksa dana terus tumbuh sejak akhir April 2022.
Melihat hal tersebut, kalangan manajer investasi pun tampaknya kembali bersemangat. Selain menerbitkan produk reksa dana baru, mereka pun akan memacu pemasaran reksa dana kepada masyarakat. Apalagi, dengan adanya kebijakan #lepasmasker ini para manajer investasi tentu saja lebih leluasa untuk menjual produk reksa dana.
Apalagi, belakangan ini kinerja reksa dana yang melemah seiring turunnya kinerja pasar modal justru akan menjadi momentum peluang yang sangat pas buat para investor pemula mulai berinvestasi reksa dana. Orang bilang saat ini justru menjadi “Time to Buy” reksa dana.
Meski demikian, seperti pesan pertama dari pengumuman Presiden Jokowi di atas, calon investor juga tetap harus berhati-hati. Apalagi dalam keuangan, sikap hati-hati harus selalu diutamakan. Soal keuangan, dompet kalian tetap butuh masker agar terlindungi dari virus-virus hidup boros.
Karena itu, pada saat ini tidak ada salahnya kalau investor pemula masuk dulu dengan mengalokasikan sebagian dananya ke reksa dana jenis pasar uang ataupun jenis pendapatan tetap. Pasalnya, reksa dana jenis ini relatif lebih aman, minim risiko tetapi potensi cuannya masih lebih optimal.
Makanya, yuk mulai sekarang berinvestasi reksa dana ya! Jangan sampai kalian ketinggalan kereta investasi reksa dana yang kian menjanjikan untuk menyiapkan masa depan kamu yang lebih cemerlang!
Penulis : Enrique