Artikel

Menjadi Milenial Cerdas Finansial

“Uang bukanlah segalanya, tapi semuanya butuh uang”. Demikian ungkapan yang sudah familiar di telinga kita. Bagi orang dewasa, kita tentu merasakan bagaimana pentingnya uang untuk hidup sehari-hari maupun kelangsungan hidup ke depan.

Terlebih lagi, hal ini semakin terasa penting bagi orang yang berpendapatan tetap atau memiliki gaji bulanan. Kemampuan atau kepintaran mengelola uang gajian sangat dibutuhkan dan menentukan kondisi keuangan untuk bisa berumur lebih panjang.

Untuk meningkatkan kemampuan mengelola uang, kita perlu menambah wawasan dan pengetahuan soal keuangan. Ini sering disebut sebagai literasi finansial. Dengan literasi keuangan kita akan mampu mengatur keuangan seperti meminjam, menabung, berinvestasi.

Ini sejalan dengan pengertian yang dinyatakan Otoritas Jasa Keuangan (2014). Menurut OJK, literasi keuangan merupakan rangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan dengan lebih baik.

Dengan kata lain, lewat literasi keuangankita menjadi individu yang cakap secara finansial. Kecakapan finansial juga lebih menekankan kemampuan kita pada pemahaman konsepdasar ilmu ekonomi dan keuangan.Sehingga, hal ini dapat diterapkan secara tepat dalam kehidupan kita sehari-hari demi meningkatkan kesejahteraan hidup.

Dengan memiliki kecakapan finansial melalui literasi keuangan, diharapkan kita bisa terhindar dari masalah keuangan. Masalah keuangan di sini sering diungkapkan dengan pepatah “besar pasak daripada tiang”. Dalam dunia investasi, literasi keuangan juga akan membantu kita terhindar dari penawaran bentuk dan produk investasi bodong atau tidak jelas.

Dalam jangka panjang, kecakapan finansial akan membantu kita mencapai kesejahteraan finansial. Pasalnya, literasi keuangan tidak hanya sebatas soal bagaimana mengelola uang. Literasi keuangan memiliki cakupan yang cukup luas.

Secara umum, literasi keuangan memiliki empat cakupan. Yakni, pengetahuan keuangan dasar atau general personal finance, simpanan dan pinjaman (saving and borrowing), proteksi (insurance), dan investasi (Chen dan Volpe dalam Mendari dan kewal, 2014).

Masih Rendah

Upaya untuk meningkatkan literasi keuangan di masyarakat masih sangat diperlukan. Hal ini disebabkan hingga saat ini tingkat literasi finansial kita masih sangat rendah. Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan yang dilakukan OJK pada tahun 2019, terlihat bahwa indeks literasi keuangan baru mencapai 38,03%. Angka ini masih tergolong rendah dibandingkan negara Asean lainnya. Malaysia memiliki indeks literasi keuangan sebesar 60-70%, bahkan literasi masyarakat Singapura telah menembus angka 98% (Sri Rahayu W, 2016).

Apalagi, kondisi yang lebih memprihatinkan dialami oleh kaum perempuan. Berdasarkan jenis kelamin atau gender, survei OJK juga menunjukkan indeks literasi perempuan hanya mencapai 36,13%. Ini lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki sebesar 39,94%.

Diakui bahwa meski masih jauh dari level ideal tingkat literasi finansial di masyarakat kita sudah membaik dibandingkan kondisi tahun-tahun sebelumnya (Survei OJKtahun 2016). Meski demikian, data tersebut tetap menegaskan bahwa masih banyak masyarakat di Indonesia yang belummendapatkan literasi keuangandengan baik.

Mengapa bisa demikian? Menurut hemat penulis, rendahnya tingkat literasi keuangan tersebut disebabkan oleh adanya sikap dan pandangan yang agak tertutup terhadap keuangan. Kondisi keuangan dinilai sebagai masalah pribadi dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka.

Selain itu, ada faktor lain yang cukup berpengaruh. Yakni, relatif masih terbatasnya referensi terkait pengelolaan keuangan yang mudah dipahami dan diakses oleh masyarakat luas.

Meski demikian, diharapkan faktor-faktor tersebut akan semakin terkikis. Pasalnya, seiring berkembangnya teknologi media dan aplikasi keuangan digital saat inimaka informasi tentang pengelolaan keuangan semakin luas dan mudahdiperoleh. Bahkan profesi perencana keuangan juga sudah semakin banyak untuk bisa membantu seseorang dalam mengelola keuangan yang lebih baik.

Agar semakin memberikan hasil yang lebih maksimal, tentu saja upaya peningkatan literasi keuangan perlu dilakukan oleh lebih banyak pemangku kepentingan (stake holders). Dari pemerintah, pihak otoritas, kalangan akademisi hingga para pelaku pasar. Salah satunya juga dilakukan oleh PNM Investment Management melalui Sijago aplikasi transaksi reksa dana online.

Cerdas Finansial

Bahkan, dengan meningkatnya literasi keuangan ini kita khususnya kalangan milenial diharapkan tidak hanya menjadi cakap keuangan tetapi cerdas finansial ke depannya. Kecerdasan finansial yang baik ditandai dengan adanya pemahaman literasi keuangan yang tinggi.

Bagi kalangan milenial, kecerdasan finansial ini sangat diperlukan. Ini disebabkan tantangan pengelolaan keuangan yang semakin besar akibat derasnya pengaruh gaya hidup konsumtif atau boros.

Selain itu, ke depan produk-produk investasi keuangan juga semakin beragam dan kompleks. Dengan adanya kecerdasan finansial, para milenial akan menjadi semakin bijak untuk mengendalikan keuangannya dengan baik dan benar. Bahkan, milenial bisa memilih investasi keuangan yang tepat untuk mencapai tujuan finansial sesuai profil risiko dan kebutuhan jangka waktunya.

Nah, agar bisa mencapai kecerdasan finansial kita harus memiliki literasi keuangan. Sebagai generasi milenial yang melek teknologi informasi hal itu pada dasarnya tidak lagi sulit dilakukan. Kini, dengan adanya media teknologi informasi kita bisa mudah memahami pemgetahuan pengelolaan keuangan.

Justru kuncinya adalah sikap kita sendiri. Sebagai langkah awal, kita harus mau dan berani menjadi individu yang lebih terbuka. Untuk menjadi pribadi yang cakap dan cerdas finansial, kita juga harus semakin proaktif mencari informasi dari sumber-sumber yang kredibel.

***

Ditulis oleh

Viona Salfadila

Retail Business Development PNM Investment Management