JAKARTA – PT PNM Investment Management terus melakukan inovasi pengembangan melalui diversifikasi produk investasi portofolio efek berupa penerbitkan Reksa Dana PNM ETF Core LQ45. Hal ini dilakukan seiring prospek bisnis reksa dana ETF dinilai semakin cerah.Kami melihat dan sangat optimistis reksa dana ETF akan semakin berkembang ke depan. Pasalnya, minat investor terhadap produk ini semakin tumbuh. Apalagi, dukungan dari otoritas pasar modal dan otoritas bursa yang semakin tinggi, kata Direktur Utama PNM Investment Management Bambang Siswaji usai pencatatan perdana Reksa Dana PNM ETF CORE LQ45 di Gedung Bursa Efek Indonesia.Exchange Traded Fund adalah produk reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun pada dasarnya merupakan reksa dana, ETF diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. Artinya, ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.Menurutnya, tingginya minat investor terhadap produk reksa dana ETF ini seiring dengan adanya tren pengelolaan investasi pasif untuk mengurangi risiko portofolio saham.
Di sisi lain, ETF memiliki karakteristik likuid, transparan, dan tingkat risikonya lebih moderat dibandingkan berinvestasi langsung di saham ataupun surat utang Hal ini tercermin dari semakin banyak manajer investasi menerbitkan produk ETF ini dan kinerja dana keolaan ETF yang terus meningkat. “Dengan bertambahnya produk reksa dana indeks dan ETF berarti minat investor akan produk tersebut juga semakin membaik”, tuturnya. Dalam periode tiga tahun terahir ini, produk ETF mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Per akhir Juni 2019 tercatat jumlah produk mencapai 26 produk atau tumbuh rata-rata sekitar 34,5% sejak akhir 2017 sebanyak 12 produk. Demikian pula, total dana kelolaan AUM untuk produk ETF ini tercatat sebesar Rp14,12 triliun per Juni 2019 atau naik rata-rata sekitar 41% sejak akhir 2017.;Dari total 26 produk ETF tersebut, sebagian besar produk ETF tersebut menggunakan acuan indeks yakni EDX30, SRI KEHATI, MSCI, Jakarta Islamic Index (JII) dan baru ada satu produk yang menggunakan indeks LQ45.Dari hasil penjajakan terhadap nasabah investor kami, ternyata Indeks LQ45 masih sangat diminati. Ini cukup beralasan karena Indeks LQ45 mengukur performa harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar dan didukung fundamental perusahaan yang baik, Rencananya, produk PNM ETF CORE LQ45 ini akan mengalokasikan investasinya pada minimum 80% dan maksimum 100% dari nilai aktiva bersih pada saham-saham yang tercatat di indeks LQ45. Dan sisanya minimum 0% dan maksimum 20% pada instrumen pasar uang yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun.Bambang menambahkan, penerbitan ETF saat ini merupakaan waktu yang tepat bagi investor untuk melakukan investasi di produk tersebutJustru di saat kinerja pasar saham yang terkoreksi, inilah waktu yang tepat bagi investor beli ETF dan cocok bagi investor dengan skala investasi jangka panjang,Pasalnya, kondisi pasar yang terkoreksi saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Bila sentimen global mereda dan ditopang oleh fundamental ekonomi nasional yang kuat, hal ini akan mendorong kenaikan kinerja pasar saham domestik. Sehingga ketika pasar membaik, kondisi ini akan memberikan potensi pertumbuhan keuntungan investasi di produk ETF yang cukup tinggi.Sebagai tujuan investasi jangka panjang di tengah ekonomi yang terus tumbuh, potensi pertumbuhan imbal hasil reksa dana ETF akan cukup besar dengan valuasi IHSG saat ini yang relatif murah. Jangka pendek memang masih banyak sentimen yang tidak pasti, tetapi kalau jangka panjang potensi pertumbuhan bagus, ini akan daya tarik reksa dana ETF