Artikel

5 Kesalahan Investasi Reksadana Paling Sering Dialami Investor Pemula

Kesalahan Investasi Reksadana

Investasi reksadana saat ini semakin diminati dan menjadi primadona bagi banyak kaum muda. Pada umumnya, mereka merupakan investor pemula alias orang yang baru mulai berinvestasi reksadana.

Fenomena itu bisa dilihat data perkembangan jumlah investor di pasar modal Indonesia. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga akhir Februari 2023, jumlah investor reksa dana mencapai 9,91 juta orang atau meningkat 3,24% dibanding akhir Desember 2022. Pada 2022 jumlah investor reksa dana tercatat naik 40,4% menjadi 9,60 juta orang.

Dari total jumlah investor reksa dana tersebut, investor milenial semakin dominan. Jumlah investor reksa dana yang berumur di bawah 30 tahun mencapai sekitar 52%. Mengapa investasi reksa dana semakin diminati? Selain menawarkan berbagai kemudahan dan kunggulan, produk reksa dana memang didesain agar cocok dengan kebutuhan mereka.

Selain itu, aktivitas edukasi tentang investasi reksadana saat ini semakin marak dan masif dilakukan dengan menyasar kelompok usia muda. Ini membuat tingkat inklusi keuangan cukup tinggi mencapai 76,19% pada tahun 2019.

Hanya saja, tingginya tingkat inklusi keuangan tersebut belum diikuti oleh tingkat literasi. Tercatat pada 2019 tingkat literasi keuangan baru mencapai 38,03%. Diakui bahwa hal ini menunjukkan pemahaman masyarakat khususnya investor pemula terhadap pengelolaan keuangan (investasi) masih kurang.

Dengan kata lain, dalam melakukan investasi banyak investor pemula masih kurang didasari pengetahuan yang cukup atau sekedar ikut-ikutan. Hanya demi mengejaqr cuan tinggi, investor berinvestasi tanpa pertimbangan yang matang terhadap faktor risikonya.

Karena itu, banyak investor pemula sering melakukan kesalahan dalam berinvestasi, termasuk reksa dana. Berikut ini sejumlah kesalahan investasi reksadana yang paling sering dilakukan oleh investor.

1. Investasi Tanpa Punya Tujuan

Kamu sebagai investor pemula perlu memiliki tujuan keuangan yang ingin diraih saat berinvestasi reksa dana. Tujuan keuangan ini akan sangat menentukan jangka waktu investasi, apakah itu jangka pendek, jangka menengah, ataupun jangka panjang.

Selain itu, tujuan keuangan ini juga berkaitan dengan pertimbangan faktor risiko. Ketika memiliki tujuan keuangan dalam jangka panjang, tentu saja tingkat risikonya akan lebih besar. Begitu pula sebaliknya.

Kedua faktor ini penting karena berkaitan dengan jenis produk reksa dana apa yang bisa pas dipilih. Misalnya, untuk tujuan keuangan jangka pendek dan tingkat risiko rendah maka produk reksa dana pasar uang lebih pas dijadikan sebagai pilihan.

Sedangkan untuk tujuan investasi jangka panjang dan memiliki risiko tinggi kamu bisa pilih produk reksa dana saham cocok dipilih.

Itulah alasan utama kenapa memiliki tujuan investasi menjadi hal yang sangat pentingsaat mulai berinvestasi reksa dana. Tapi kamu sekarang tidak perlu bingung lagi. Pasalnya, dengan menggunakan fitur Goal Planner di PNM Sijago, kamu bisa dibantu menentukan tujuan keuangan sekaligus pilihan produknya.

2. Berpola Pikir Jangka Pendek & Godaan Keuntungan Besar

Ketika berinvestasi, salah satu kesalahan besar yang sering dialami adalah orang lebih tergiur terhadap keuntungan besar. Karena itu, saat berinvestasi orang sering lupa akan risikonya.

Padahal, yang namanya berinvestasi tingkat keuntungan dan risiko tidak bisa dipisahkan. Ingat, semakin besar tingkat keuntungan maka semakin besar pula risikonya.

Itulah sebabnya banyak investor, khususnya investor pemula sering kali menjadi kurang berpikir rasional terhadap pihak-pihak yang menawarkan investasi dengan iming-iming keuntungan besar. Akibatnya, mereka terjebak pada investasi bodong.

BACA JUGA : 4 CARA KENALI DAN HINDARI PENIPUAN INVESTASI BODONG

Selain itu, hanya demi mengejar keuntungan besar orang memilih investasi yang berisiko tinggi tetapi tidak sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Misalnya saja, orang dengan pengetahuan yang minim dan profil risiko konservatif ikut-ikutan berinvestasi langsung masuk di pasar saham. Itulah merupakan salah satu kesalahan investasi reksadana.

Padahal, investasi langsung di instrumen saham itu termasuk risio tinggi. Ketika harga saham turun tajam, banyak investor tidak siap dan gampang cepat panik untuk menjual investasi saham tersebut.

Nah, buat kalian yang pernah mengalami hal tersebut sebaiknya bisa berinvestasi di instrumen saham secara tidak langsung yakni melalui instrumen reksa dana saham. Investasi reksa dana saham ini dikelola oleh manajer investasi yang profesional.

Apalagi bila manajer investasi itu memiliki reptuasi tinggi dengan pengalaman panjang seperti PNM Investment Management, kalian bisa mendapatkan keuntungan yang optimal tanpa harus mengalami kepanikan.

Percayalah dengan memilih manajer investasi dan produk yang tepat, modal investasi yang telah ditanam akan meningkat di waktu mendatang. Kalian pun tetap merasa aman.

3. Berinvestasi dengan Uang “Panas”

Salah satu kesalahan investasi reksadana yang banyak dialami adalah berinvestasi dengan menggunakan uang panas. Artinya, uang yang dipakai buat investasi itu merupakan dana untuk kebutuhan hidup sehari-hari atau dana hasil hutang.

Ketika investasi dengan menggunakan uang panas, kalian pasti akan merasakan kepanikan dan kebingungan ketika nilai investasinya turun. Akibatnya, kalian tidak bisa menjalankan strategi investasi dengan jangka waktu yang lebih longgar.

Padahal, yang namanya investasi itu adalah untuk jangka panjang sehingga investasi sebaiknya memakai uang dingin. Artinya, uang yang diinvestasikan itu tidak mengganggu biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Jadi, ketika nilai investasi sedang turun, kalian tidak panik dan tidak perlu menarik dana investasi tersebut. Kerugian pun bisa terhindarkan.

Nah, bagaimana caranya berinvestasi dengan uang dingin? Hal yang paling mudah dilakukan adalah kalian rutin menyisihkan sebagian (10% – 20%) penghasilan untuk dialokasikan khusus buat investasi. Jangan sampai berhutang untuk berinvestasi!

Selain itu, sebelum berinvestasi pastikan dulu jika kondisi keuangan kalian sudah terjaga dan kondusif. Salah satu caranya adalah menyiapkan dana darurat. Melalui dana darurat, risiko masalah keuangan mendesak yang muncul akan bisa lebih mudah dan cepat diatasi.

Dana darurat itu bisa disimpan di tabungan. Bahkan, bila ingin lebih optimal dana darurat bisa ditempatkan pada instrumen reksa dana pasar uang seperti reksa dana PNM Dana Tunai

4. Tidak Melakukan Strategi Diversifikasi

Berinvestasi di instrumen keuangan pasti akan mengalami fluktuasi. Kinerja investasi naik dan turun meski mengalami tren kenaikan dalam jangka panjang.

Karena ada fluktuasi tersebut, kalian perlu menerapkan strategi diversifikasi investasi. Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi potensi kerugian investasi.

Diversifikasi berarti strategi menempatkan dana investasi di beberapa instrumen investasi yang berbeda karakteristiknya guna meminimalkan risiko kerugian. Yang dimaksud dengan karakteristik  disini adalah likuiditas, risiko, dan potensi returnnya.

5. Tidak Memahami Produk Reksadana

Banyak orang berinvestasi reksadana tanpa memahami produk reksadana yang mau dibeli. Buktinya, investor jarang sekali membaca prospektus dan fund fact sheet sebelum membeli produk reksadana. Padahal, prospektus penting sekali dibaca karena memuat isi produk sebuah reksadana.

Dengan membaca prospektus, investor melakukan tahap awal riset kecil-kecilan. Setelah memahami prospektus, investor perlu melihat fund fact sheet yakni laporan kinerja produk sebuah reksadana. Kinerja ini memuat gambaran bagaimana tingkat imbal hasil (return) periode 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, year to date dan seterusnya.

6. Tidak Rutin Memantau Kinerja Reksadana

Memang benar investor itu jangan terlalu panik terhadap penurunan kinerja reksa dana. Tetapi terlalu cuek terhadap kinerja tersebut juga tidak boleh dan juga merupakan kesalahan yang umum dalam berinvestasi reksa dana.

Saat sebelum ataupun sesudah menempatkan dana pada sebuah instrumen reksa dana, kalian sebagai investor pemula perlu memantau kinerja pada instrumen tersebut. Bagaimana caranya?

Saat ini, kalian tidak perlu pusing untuk memantau kinerja produk reksadana. Kalian cukup melihat laporan kinerja produk reksadana melalui fund fact sheet. Laporan kinerja reksadana dalam fund fact sheet bisa dilihat kapan saja dana dimana saja.

Saat ini laporan fund fact sheet sudah bisa diakses melalui website dan aplikasi di handphone. Misalnya di website atau aplikasi PNM Sijago, kalian akan bisa mengunduh atau download fund fact sheet setiap produk reksadana dan bisa memahami kinerjanya dengan mudah dan transparan.

Penutup

Sobat Cerdas, itulah beberapa kesalahan investasi reksa dana yang mungkin sering dilakukan investor dan harus dihindari.  Meski memang tidak butuh pengetahuan khusus untuk bisa berinvestasi reksadana, tapi beberapa kesalahan investasi reksa dana tersebut bisa membuat peluang kinerja keuntungan investasi menjadi tidak optimal.

Oleh karena itu, kalian sebagai calon investor tetap perlu menghindari kesalahan di atas. Apalagi di PNM Sijago, kalian bisa dibantu untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan di atas.

BACA JUGA : Keuntungan Investasi Reksadana di Aplikasi PNM Sijago

Selain itu, kalian akan merasa aman dan nyaman berinvestasi di PNM Sijago. Hal ini disebabkan PNM Sijago dikelola dan dimiliki oleh PNM Investment Management, manager investasi terafiliasi BUMN dan memiliki reputasi tinggi dengan pengalaman lebih dari 20 tahun.